Ketrampilan Dasar Kebidanan (Pengkajian)
RENCANA BIMBINGAN KLINIK
A. IDENTITAS MATA KULIAH
Mata Kuliah : Ketrampilan Dasar Kebidanan (KDK)
Kode Mata Kuliah : BD. 306
Pokok Bahasan :
Konsep Dasar Asuhan Kebidanan
Sub
Pokok Bahasan :
Pengkajian
Beban
Studi : 2 SKS
Penempatan : Semester III
Waktu
Pertemuan : 60
Menit
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1.
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah menyelesaikan bimbingan kinik ini diharapkan Praktikan CI mampu
memberikan bimbingan kepada mahasiswa terbimbing dalam melakukan pengkajian asuhan kebidanan kepada pasien dengan tepat.
2.
Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah menyelesaikan bimbingan klinik ini, diharapkan praktikan CI mampu
membimbing mahasiswa terbimbing tentang :
a. Pengertian dan tujuan pengkajian
dengan benar
b.
Komponen-komponen
pengkajian dengan benar
c.
Peralatan
yang digunakan dalam pengkajian dengan tepat
d.
Respon klien
yang membutuhkan tindakan segera
e.
Komunikasi
terapeutik kepada klien dengan benar
f.
Prosedur
pengkajian pada klien dengan tepat
dan sistematis
g.
Merumuskan analisa
data kebidanan dengan tepat
h.
Merumuskan diagnosa
kebidnan dengan benar
i.
Merumuskan
intervensi kebidanan dengan
tepat
j.
Melakukan pendokumentasian dengan benar
C. DESKRIPSI KASUS
Mahasiswa E adalah mahasiwa terbimbing dari Program Studi Akademi
Kebidanan AR-RUM Salatiga semester III, yang telah menjalani
praktik klinik di RSUD Ambarawa
selama 2 minggu di ruang Boungenvile. Kompetensi yang
harus dicapai oleh mahasiswa terbimbing adalah mahasiswa mampu menerapkan
Asuhan Kebidanan pada pasien secara komprehensif, serta menentukan diagnos kepada pasien dan Kompetensi
yang harus dicapai.
D. EVALUASI
1.
Prosedur : pada
saat pre conference (tanya jawab),
conference (ronde) dan post
conference (diskusi)
- Jenis : Performance test.
- Alat tes : lembar evaluasi/checklist (terlampir)
- Bentuk : observasi
E. REFERENSI
DEPKES RI TIM.(2004). Prosedur Keperawatan Dasar. Jakarta: PPNI
Institute Of Health Science NWU. (2001). Laboratory Basic Skills Nursing. Ungaran:
NWU
Perry, Anne Griffin.(2005). Ketrampilan dan Prosedur Dasar.
Jakarta: EGC.
F. LAMPIRAN
1.
Materi
2.
Checklist
G. RINCIAN KEGIATAN
No
|
Kompetensi Praktikan CI
|
Jenis Kegiatan
|
Waktu
|
Metode
|
Hasil Yang Diharapkan
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
|
Praktikan CI mampu menjelaskan pengertian
dan tujuan pengkajian dengan benar
Praktikan CI mampu menyebutkan
komponen-komponen dalam pengkajian dengan benar
Praktikan CI mampu menjelaskan peralatan yang digunakan
dalam pengkajian dengan benar
Praktikan CI mampu membimbing
langkah-langkah pengkajian
kepada klien dengan tepat
Praktikan CI mampu
menjelaskan hal-hal yang harus diperhatikan pada saat melakukan pengkajian kepada klien
Praktikan
CI mampu menjelaskan respon klien yang membutuhkan tindakan segera
|
Menjelaskan pengertian dan tujuan pengkajian dengan benar
Menyebutkan
komponen-komponen dalam pengkajian
Menyiapkan peralatan
yang digunakan dalam pengkajian
Menyebutkan langkah-langkah pengkajian
Menjelaskan hal-hal yang harus
diperhatikan pada saat melakukan pengkajian
kepada klien
Menjelaskan respon klien yang membutuhkan
tindakan segera
|
5 menit
10 menit
5 menit
5 menit
3 menit
3 menit
|
Pre Conference (Tanya Jawab)
Tanya Jawab
Tanya Jawab
Tanya Jawab
Tanya Jawab
Tanya Jawab
|
Mahasiswa terbimbing mampu menjelaskan
pengertian dan tujuan pengkajian dengan benar
Mahasiswa terbimbing mampu
menyebutkan komponen-komponen dalam pengkajian dengan benar
Mahasiswa mampu menyiapakan
peralatan yang digunakan dalam pengkajian dengan tepat
Mahasiswa terbimbing mampu menyebutkan
langka-langkah pengkajian dengan benar dan sistematis
Mahasiswa terbimbing paham tentang hal-hal
yang harus diperhatikan pada saat melakukan pengkajian kepada klien
Mahasiswa terbimbing paham mengenai respon klien
yang membutuhkan tindakan segera
|
7.
8.
9.
10.
11
|
Praktikan CI mampu membimbing komunikasi terapeutik kepada
klien dengan benar
Praktikan CI mampu
membimbing pelaksanaan pengkajian pada pasien secara
langsung
Praktikan CI mampu
membimbing pendokumentasian pengkajian
yang telah dilakukan
Praktikan CI mampu melakukan analisa data dengan tepat
Praktikan CI mampu menyusun rencana keperawatan
|
Melakukan komunikasi
terapeutik
Melakukan pengkajian
kepada klien
Melakukan pendokumentasian pengkajian
Melakukan
analisa data
Menyusun rencana
keperawatan
|
3 menit
30 menit
10 menit
5 menit
3 menit
|
Conference (Ronde)
Ronde
Ronde
Ronde
Ronde
|
Mahasiswa terbimbing mampu melakukan
komunikasi terapeutik kepada klien sehingga klien mengerti dan bersedia untuk
dikaji
Mahasiswa terbimbing mampu melakukan
pengkajian kepada klien dengan
benar, meliputi :
1.
Data
subjektif
2.
Data
obyektif
3.
Data
penunjang
Mahasiswa
terbimbing mampu melakukan pendokumentasian dengan tepat
Mahasiswa mampu melakukan analisa data dengan tepat
Mahasiswa
terbimbing mampu membuat rencana keperawatan
|
12
|
Praktikan CI mampu
memberikan evaluasi dan feed back terhadap pengkajian yang telah
dilakukan
|
Evaluasi dan feed back pengkajian yang telah
dilakukan
|
5 menit
|
Post Conference (Tanya Jawab)
|
Mahasiswa terbimbing paham tentang evaluasi dan
feed back yag disampaikan oleh praktikan CI
|
Lampiran
1
URAIAN MATERI
PENGKAJIAN, PERUMUSAN MASALAH SERTA
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH KEBIDANAN
A. Pengkajian
1.
Pengertian
Pengkajian merupakan suatu kegiatan yang ditujukan
untuk mengumpulkan data sebanyak-banyaknya tentang keadaan klien baik berasal
dari klien itu sendiri maupun anggota keluarga bahkan melalui rekam medik yang
dapat membantu dalam menilai keadaan kesehatan pasien.
Klien dapat dikaji sistem perawatan kesehatannya
dalam beberapa cara, sehingga perawat mengumpulkan data klien secara lengkap
selama pengkajian awal. Pengkajian dapat membantu memastikan bahwa klien
menerima perawatan kesehatan yang bersifat individual. Termasuk teman atau
anggota keluarga klien dalam proses pengkajian akan membantu mengumpulkan
informasi relevan lainnya dan menentukan tingkat dukungan yang tersedia untuk
klien. Pengkajian yang lengkap dan pencatatan data pengkajian yang akurat
membantu memastikan kenyamanan dan keamanan klien (Perry & Potter, 2005).
2.
Tujuan pengkajian
a.
Tujuan umum :
Tujuan umum dari pengkajian yaitu pengumpulan data yang berhubungan
dengan pasien untuk menegakan diagnose keperawatan, kekuatan (kemampuan)
paisien dan rencana yang efektif dalam perawatan pasien
b.
Tujuan khusus :
1)
Informasi utama (inti)bagi pasien dan keluarga
2)
Dasar menetukan diagnosa keperawatan
3)
Sumber informasi yang dapat membantu mendiagnosa
masalah yang baru muncul
4)
Mendukung keputusan klinis agar mencapai tujuan dan
tindakan yang sesuai
5)
Dasar menentukan kebutuhan pasien, keluarga dan
pengasuh pasien
6)
Dasar menetukan kebutuhan pasien jika pulang
7)
Dasar pemilihan perawatan dan penentuan biaya perawatan
8)
Memproteksi hak-hak legal
9)
Komponen system pelayanan pasie (dapat untuk menetukan
kebutuhan staf perawatan, biaya perawatan pasien, dll)
10)
Untuk mengidentifikasi kebutuhan dan respon klien yang
unik terhadap masalah-masalah dan akan ditegakkan menjadi diagnose keperawatan
yang mempengaruhi rencana intervensi keperawatan yang diperlukan
11)
Untuk menggabungkan dan mengorganisasi data dan
beberapa sumber yang dikumpulkan menjadi satu sehingga masalah kesehatan klien
dapat dianalisis dan diidentifikasi
12)
Untuk meyakinkan garis dasar informasi yang ada dan
untuk bertindak sebagai poin referensi dalam mengukur perubahan yang terjadi
pada kondisi kesehatan klien
13)
Untuk mengidentifikasi karakteristik sesuai respond dan
kondisi kesehatan klien yang akan mempengaruhi rencana dan pemberian intervensi
keperawatan
14)
Untuk menyuplai data yang cukup guna memberikan
intervensi keperawatan yang sesuai degan kebutuhan klien
15)
Untuk memberikan dasar guna penulisan rencana asuhan
keperawatan yang efektif
c.
Tujuan pengkajian menurut Fundamental Keperawatan:
1)
Menetapkan dasar data tentang kebutuhan
2)
Menetapkan masalah keehatan
3)
Menetapkan pengalaman yang berkaitan
4)
Menetapkan praktek kesehatan
5)
Menetapkan tujuan nilai dan gaya hidup yang dilakukan
klien
Pengkajian merupakan suatu kegiatan yang ditujukan
untuk mengumpulkan data sebanyak-banyaknya tentang keadaan klien baik berasal
dari klien itu sendiri maupun anggota keluarga bahkan melalui rekam medic yang
dapat membantu dalam menilai keadaan kesehatan pasien. Menurut Varney (1997)
pengkajian meliputi sejarah (riwayat), pemeriksaa fisik, meninjau rekam medic
lama atau baru, data labolatorium klien.
3.
Komponen pengkajian
a.
Sejarah (Riwayat)
Kegiatan ini mencakup pengkajian
tentang semua riwayat atau kejadian yang pernah dialami oleh klien. Sebelum
menanyakan tentang hal tersebut tentu tenaga medis harus mengenali dulu
identitas klien tersebut serta apa keluhan yang dirasakan.
1)
Identitas klien, meliputi :
a)
Nama
Sebaiknya nama lengkap bukan nama
panggilan atau alias.
b)
Usia
Terutama penting pada pasien
anak-anak karena kadang-kadang digunakan untuk menentukan dosis obat. Juga
dapat digunakan untuk memperkirakan kemungkinan penyakit yang diderita,
beberapa penyakit khas untuk umur tertentu.
c)
Ras/etnis
Berhubungan dengan kebiasaan tertentu
atau penyakit-penyakit yang berhubungan dengan ras atau suku bangsa tertentu.
d)
Alamat
Apabila pasien sering
berpindah-pindah tempat maka tanyakan bukan hanya alamat sekarang saja tetapi
juga alamat pada waktu pasien merasa sakit untuk pertama kalinya. Data ini
diperlukan untuk mengetahui terjadinya wabah, penyakit endemis atau untuk data
epidemiologi penyakit.
e)
Agama
Keterangan ini berguna untuk
mengetahui apa yang boleh dan tidak boleh (pantangan) seorang pasien menurut
agamanya.
f)
Status perkawinan
Berguna untuk mengetahui latar
belakang psikologi pasien.
g)
Pekerjaan
Bila seorang dokter mencurigai
terdapatnya hubungan antara penyakit pasien dengan pekerjaannya, maka tanyakan
bukan hanya pekerjaan sekarang tetapi juga pekerjaan-pekerjaan sebelumnya.
2)
Tanggal wawancara(pengkajian)
Tanggal kapan dilakukannya
pengkajian.
3)
Waktu/jam pengkajian
Waktu menunjukkan kapan dilakukan
pengkajian, yang diperlukan untuk dokumentasi.
4)
Diagnosa medis
Perlu dituliskan diagnosa medis dari
keluhan yang sudah dirumuskan, sehingga tenaga kesehatan yang lain dapat
mengetahui diagnosa dari klien, sehingga menghindari kesalahan pemberian
asuhan.
5)
Keluhan utama
Alasan bagi klien tersebut menemui
anda di klinik, kantor, ruang darurat, pusat melahirkan, atau rumahnya, seperti
dinyatakan dalam kata-katanya sendiri (dapat berkaitan dengan sistem tubuh
manapun). Yang mana dapat diperjelas dengan pertanyaan: dari sejak kapan sakit atau keluhan tersebut dirasakan,
di mana rasa sakit atau keluhan tersebut dirasakan (di bagian tubuh yang mana),
bagaimana cerita tentang sakit atau keluhan tersebut hingga bisa sampai seperti
ini, rasa sakit dari keluhan pasien seperti apa (sakit sekali, sakit bila
disentuh, dan lain-lain), apakah penyakitnya sering kumat, atau seberapa sering
penyakit tersebut menyerang pasien.
6)
Riwayat saat kelahiran dan imunisasi
Pada saat lahir berapa BB, TB, umur
kelahiran dan juga imunisasi yang sudah didapatkan anak.
7)
Riwayat penyakit saat ini (berkaitan dengan keluhan
atau masalah utama)
Keluhan utama, yaitu alasan utama
yang menyebabkan pasien memeriksakan diri atau dibawa keluarganya ke dokter
atau rumah sakit. Keluhan utama merupakan tilik tolak penelusuran informasi
mengenai penyakit yang diderita pasien dan riwayat penyakit sekarang.
8)
Riwayat penyakit terdahulu
Keluhan seputar apakah dulu pernah
mengalami sakit yang sama seperti ini, apakah ada penyakit lain sebelumnya,
apakah dulu pernah dioperasi, ataupun jenis obat apa saja yang pernah
dikonsumsi pasien sebelumnya.
9)
Riwayat pengobatan dan perawatan primer (termasuk
riwayat sosial)
Apakah dulu pernah dioperasi, untuk
riwayat pengobatan sebelumnya, penting diingat kapan pengobatan itu dilakukan,
obat apa saja yang diberikan dan bagaimana aturan pakainya. Jika ada obat-obat
tradisional yang diminum juga perlu ditanyakan ketika pengkajian.
10)
Riwayat penyakit keluarga (terutama dengan ibu, bapak, saudara kandung,
nenek/kakek, tante, dan paman)
Riwayat penyakit keluarga dihubungkan
dengan kemungkinan adanya kebiasaan hidup tidak sehat, adanya kemungkinan penyakit
menular yang mungkin akibat kontak langsung maupun tidak langsung antara
keluarga.
Riwayat penyakit keluarga diperkuat dengan
Genogram yang harus dibuat. Genogram pada umumnya dituliskan dalam tiga
generasi sesuai dengan kebutuhan. Artinya, bila klien adalah seorang anak-anak
maka genogram bisa dibuat satu generasi keatas, satu generasi kebawah, untuk
penyakit menular untuk keluarga garis yang menunjukkan anggota keluarga tinggal
dalam satu rumah harus digambarkan.
4.
Pengkajian fungsional
Diisi dengan prioritas pada pola fungsi
kesehatan yang berhubungan dengan perubahan fungsi/anatomi tubuh. Bila keadaan
klien atau sumber data yang lain belum dapat memberikan data yang memadai
kemungkinan tidak semua fungsi dapat dikaji. Bila memang perlu diambil datanya
maka pengkajian dapat dilengkapi pada waktu berikutnya.
a.
Pola manajemen dan persepsi kesehatan
Diisi dengan persepsi klien/keluarga
terhadap konsep sehat sakit dan upaya untuk klien/keluarga dalam memberikan
pengetahuan, sikap, dan tingkah laku yang menjadi gaya hidup klien/keluarga
untuk mempertahankan kondisi sehat.
Contoh : keluarga
klien mengatakan bahwa sehat itu penting. Keluarga klien menjaga kesehatan
keluarganya dengan cara mewajibkan anggota keluarga untuk selalu sarapan pagi
dan tidak makan sembarangan.
b.
Pola nutrisi metabolik
Diisi dengan kebiasaan klien dalam
memenuhi kebutuhan nutrisi baik intake makanan maupun cairan sebelum sakit
sampai dengan saat sakit (saat ini) yang meliputi jenis makanan selingan,
makanan yang disukai, apakah ada alergi makanan, apakah ada makanan pantangan.
Selain itu perlu dikaji juga apakah ada keluhan yang berhubungan dengan
pemenuhan nutrisi seperti : mual, muntah, anoreksia, kesulitan menelan atau hal
lainnya dibuat dengan bahasa singkat.
c.
Pola eliminasi
Diisi dengan eliminasi alvi (BAB) dan
eliminasi uri (BAK) menggambarkan keadaan eliminasi klien sebelum dan selama
sakit yang meliputi frekuensi, konsistensi, warna, bau, adanya darah, da
lain-lain. Bila ditemukan adanya keluhan pada eliminasi hendaknya dibuatkan
deskripsi singkat dan jelas tentang keluhan yang dimaksud.
d.
Pola istirahat tidur
Diisi dengan kualitas dan kuantitas
tidur klien sejak sebelum sakit hingga sakit meliputi jumlah jam tidur siang
dan malam, kesulitan masalah tidur, perasaan waktu bangun.
e.
Pola Aktivitas dan Latihan
Diisi dengan aktivitas rutin yang
dilakukan klien sebelum hingga selama sakit, mulai dari bangun tidur hingga
tidur kembali. Kolom tersebut diisi sesuai dengan keterangan: 0: mandiri, 1:
dengan alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan 4:
tergantung total.
Kemampuan perawatan diri
|
0
|
1
|
2
|
3
|
4
|
Makan/minum
|
|
|
|
|
|
Mandi
|
|
|
|
|
|
Toileting
|
|
|
|
|
|
Berpakaian
|
|
|
|
|
|
Mobilitas
ditempat tidur
|
|
|
|
|
|
Berpindah
|
|
|
|
|
|
Ambulasi
|
|
|
|
|
|
f.
Pola Persepsi- Kognitif
Diisi dengan kemampuan klien
berkomunikasi ( berbicara dan mengerti pembicaraan ) status mental, orientasi,
kemampuan pengindraan yang meliputi penglihatan pendengaran penciuman, prban
dan pengecapan.
Contoh : klien dapat berbicara dengn
lancar, melihat dan membaca, menjawab pertanyaan perawat dengan tepat saat
diajak berbincang-bincang, dapat merasakan teh manis, mengidentifikasi tes
raba.
g.
Pola Persepsi – Konsep diri
Diisi pada klien yang dapat
mengungkapkan perasaan yang berhubungan dengan keadaran akan dirinya sendiri
meliputi:
Gambaran diri/citra tubuh, ideal
diri, harga diri, peran diri, identitas diri. Gambaran diri/citra diri tubuh.
Tanyakan bagian tubuhnya yang mana yang paling disukai.
h.
Pola Hubungan Peran
Diisi dengan hubungan klien dengan
anggota keluarga
i.
Pola Seksualitas dan Reproduksi
Pada anak usia 0-12 tahun diisi
dengan tugas perkembangan psikoseksual.
j.
Pola Mekanisme Koping
Diisi dengan mekanisme koping yang
biasa digunakan klien ketika menghadapi masalah/konflik/stress/kecemasan. Bagaimana klien mengambil keputusan
sendiri.
k.
Pola Nilai Kepercayaan
Diisi dengan nilai-nilai dan
keyakinan klien terhadap sesuatu dan menjadi sugesti yang amat kuat sehingga
mempengaruhi gaya hidup klien dan berdampak pada kesehatan klien.
5.
Pemeriksaan Fisik
a.
Pengertian
Pemeriksaan fisik
adalah tindakan keperawatan untuk mengkaji bagian tubuh klien baik secara lokal
atau head to toe untuk memperoleh data dari keadaan pasien secara komprehensif
untuk menegakkan suatu diagnosa keperawatan maupun kedokteran (Donna, 2011).
Head to toe merupakan teknik pemeriksaan fisik dengan bagian tubuh
klien sebagai acuan yaitu dari ujung kepala sampai ke ujung kaki. Maksudnya
disini adalah pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian
kepala dan berakhir pada anggota gerak (Subroto, 2000).
Tujuan pemeriksaan fisik
1)
Untuk mencari masalah kebidanan
2)
Untuk menegakkan / merumuskan diagnosa
kebidanan/kedokteran
3)
Untuk membantu proses rencana kebidanan dan pengobatan
Syarat yang harus dipenuhi untuk melakukan pemeriksaan fisik umum antara
lain :
1)
Kompetensi petugas
2)
Ruang pemeriksaan sesuai standar
3)
Alat bantu pemeriksaan sesuai standar dan berfungsi
baik
4)
Buku dan alat pencatat
b.
Tehnik Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik harus dilakukan secara sistematis dan saling mendukung
yaitu
1)
Pemeriksaan Inspeksi
Inspeksi adalah sutu tindakan
pemeriksaan dengan menggunakan indera penglihatannya untuk mendeteksi
karakteristik normal atau tanda tertentu dari bagian tubuh atau fungsi tubuh
pasien. Inspeksi digunakan untuk mendeteksi bentuk, warna, posisi, ukuran,
tumor dan lainya dari tubuh pasien. Contoh : mata kuning (ikterus), terdapat
struma di leher, kulit kebiruan (sianosis) dan lain-lain.
Cara pemeriksaan :
a)Posisi
pasien dapat tidur, duduk atau berdiri
b) Bagian
tubuh yang diperiksaharus terbuka (diupayakan pasien membuka sendiri
pakaiannya, sebaiknya pakaian tidak dibuka sekaligus, namun dibuka seperlunya
untuk pemeriksaan sedangkan bagian lain ditutupi selimut)
c)Bandingkan
bagian tubuh yang berlawanan (kesimetrisan) dan abnormalitas
d) Catat
hsilnya
2)
Pemeriksaan Palpasi
Palpasi adalah
suatu tindakan pemeriksaan yang dilakukan dengan perabaan dan penekanan bagian
tubuh dengan menggunakan jari atau tangan. Palpasi dapat digunakan untuk
mendeteksi suhu tubuh, adanya getaran, pergerakan, bentuk, konsistensi dan
ukuran. Rasa nyeri tekan dan kelainan dai jaringan/organ tubuh. Dengan kata
lain bahwa palpasi merupakan tindakan penegasan dari hasil inspeksi, disamping
untuk menemukan yang tidak terlihat. Cara pemeriksaan :
a) Posisi
pasien bisa tidur, duduk atau berdiri tergantung bagian mana yang diperiksa dan
bagian tubuh yang diperiksa harus terbuka
b) Pastikan
pasien dalam keadaan rilek dengan posisi yang nyaman untuk menghindari
ketegangan otot yang dapat mengganggu hasil pemeriksaan
c) Kuku-kuku
jari pemeriksa harus pendek, tangan hangat dan kering
d) Minta
pasien untuk menarik napas dalam agar meningkatkan relaksasi otot
e) Lkaukan
palpasi dengan sentuhan perlahan-lahan yaitu dengan tekanan ringan dan
sebentar-sebentar
f) Palpasi
daerah yang dicurigai adanya nyeri tekan menandakan kelainan
g) Lakukan
palpasi secara hati-hati apabila diduga adanya fraktur tulang
h) Hindari
tekanan yang berlebihan pada pembuluh darah
i)
Lakukan palpasi ringan apabila memeriksa organ/jaringan
yang dalamnya kurang dari 1 cm
j)
Palpasi ringan
Caranya: ujung-ujung jari pada satu/dua tangan digunakan secara simultan.
Tangan diletakkan pada area yang dipalpasi, jari-jari ditekan ke bawah
perlahan-lahan sampai ada hasil.
k) Lakukan
palpasi agak dalam apabila memeriksa organ/jaringan dengan kedalaman 1-2,5 cm.
l)
Lakukan palpasi bimanual apabila melakukan pemeriksaan
dengan kedalaman lebih dari 2,5 cm. Yaitu dengan mempergunakan kedua tangan
dimana satu tangan direlaksasi dan diletakkan dibagian bawah organ/jaringan
tubuh, sedangkan tangan yang lain menekan kearah tangan yang di bawah untuk
mendeteksi karakteristik organ/jaringan.
Langkah kerja:
(1)
Area palpasi terbuka
(2)
Cuci tangan
(3)
Beritahu klien
(4)
Dikerjakan semua jari tetapi telunjuk dan ibu jari >
sensitif
(5)
Untuk mendeterminasi bentuk dan struktur organ gunakan
jari 2, 3 dan 4 bersamaan
(6)
Untuk palpasi abdomen gunakan telapak tangan, beri
tekanan ringan dengan jari-jari
(7)
Sistematis, uraikan
ciri-ciri tentang ukuran, bentuk, konsistensi dan permukaan
(8)
Rasakan dengan seksama kelainan organ/jaringan, adanya
nodul, tumor bergerak/tidak dengan konsistensi padat/kenyal, bersifat
kasar/lembut, ukurannyan dan ada/tidaknya getaran/trill, serta rasa nyeri
raba/tekan
(9)
Catatlah hasil pemeriksaan yang didapat
3)
Pemeriksaan Perkusi
Perkusi adalah
pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh tertentu untuk
membandingkan dengan bagian tubuh lainnnya (kiri kanan) dengan tujuan
menghasilkan suara. Perkusi bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran,
bentuk dan konsistensi jaringan. Petugas menggunakan kedua tangannya sebagai
alat untuk menghasilkan suara. Adapun suara-suara yang dijumpai pada perkusi
adalah:
a) Sonor:
suara perkusi jaringan yang normal
b) Redup:
suara perkusi jaringan yang lebih padat, misalnya di daerah paru-paru pada
pneminia
c) Pekak:
suara perkusi jaringan yang padat seperti pada perkusi daerah jantung, perkusi
daerah hepar
d) Hipersonor/timpany: suara perkusi pada daerah yang
lebih berongga kosong, misalnya daerah caverna paru, pada klien asthma kronik.
4)
Pemeriksaan Auskultasi
Adalah pemeriksaan
fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh.
Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang
didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.
a) Cracles:
suara yang dihasilkan dari eksudat lengket saat saluran-saluran halus
pernafasan mengembang pada inspirasi (rales, halus, sedang, kasar). Misalnya
pada klien pneumonia TBC.
b) Ronchi:
nada rendah dan sangat kasar terdengar baik saat inspirasi maupun saat
ekspirasi. Ciri khas ronchi adalah akan hilang bila klien batuk. Misalnya pada
edema paru
c) Wheezing:
bunyi yang terdengar “ngiiii.....k”, bisa dijumpai pada fase inspirasi maupun
ekspirasi. Misalnya pada bronchitis akut, asma.
tubuh lainnya (kiri
kanan) dengan tujuan menghasilkan suara. Perkusi bertujuan untuk
mengidentifikasikan lokasi, ukuran, bentuk dan konsistensi jaringan. Petugas
menggunakan kedua tangannya sebagai alat untuk menghasilkan suara. Adapun
suara-suara yang dijumpai pada perkusi adalah :
a)
Sonor : suara perkusi jaringan yang normal.
b)
Redup: suara perkusi jaringan yang lebih padat,
misalnya di daerah paru-paru pada pneumonia.
c)
Pekak : suara perkusi jaringan yang padat seperti pada
perkusi daerah jantung, perkusi daerah hepar.
d)
Hipersonor/timpani : suara perkusi pada daerah yang
lebih berongga kosong, misalnya daerah caverna paru, pada klian asthma kronik.
d) Pleura Frictin Rub: bunyi yang terdengar
“kering” seperti suara gosokan amplas pada kayu. Misalnya pada klien dengan
peradangan pleura.
c.
Tanda-tanda Vital
1)
Suhu
Pemeriksaan suhu akan memberikan tanda
suhu inti yang secara ketat dikontrol karena dapat dipengaruhi oleh reaksi
kimiawi. Suhu dapat menjadi salah satu tanda infeksi atau peradangan. Nilai
standar untuk mengetahui batas normal suhu tubuh manusia dibagi menjadi empat
yaitu :
a) Hipotermi,
bila suhu tubuh kurang dari 36ºC
b) Normal,bila
suhu tubuh berkisar antara 36-37,5ºC
c) Febris/pireksia,
bila suhu tubuh antara 37,5-40ºC
d) Hipertermi,
bila suhu tubuh lebih dari 40ºC
Menentukan Tempat Pengukuran Untuk
Mengukur Suhu :
a)
Suhu oral : 37 0 C
b)
Suhu rektal : 37,5 0 C
c)
Suhu aksila : 36,7 0 C
2)
Tekanan darah
Tekanan darah dinilai dalam 2 nilai, sebuah tekanan
tinggi sistolik yang menandakan kontraksi maksimal jantung dan tekanan rendah
diastolik atau tekanan istirahat. Pemeriksaan tekanan darah biasanya dilakukan
pada lengan kiri, kecuali pada lengan tersebut terdapat cidera. Perbedaan
antara tekanan sistolik dan diastolik disebut tekanan denyut. Di Indonesia,
tekanan darah biasanya diukur dengan tensimeter air raksa. Tidak ada nilai
tekanan darah normal yang tepat, namun dihitung berdasarkan rentang nilai
berdasarkan kondisi pasien. Tekanan darah amat dipengaruhi oleh kondisi saat
itu, misalnya seorang pelari yang baru saja melakukan lari maraton, memiliki
tekanan yang tinggi, namun ia dalam nilai sehat. Dalam kondisi pasien tidak
bekerja berat, tekanan darah normal berkisar 120/80 mmHg. Tekanan darah tinggi
atau hipertensi diukur pada nilai sistolik 140-160 mmHg. Tekanan darah rendah
disebut hipotensi.
Menurut
Potter dan Perry, rata-rata tekanan darah normalnya adalah 120/80 mmHg. Kisaran
normal <130/<85 mmHg menurut National High Blood Pressure Education
Program (1993).
Jika terjadi penaikan atau penurunan sebesar 20-30
mmHg. Dikatakan hipotensi bila tekanan darah < 120/80 mmHg dan hipertensi
bila tekanan darah > 120/80 mmHg.
Tekanan
darah normal rata-rata :
a) Bayi : 40 mmHg
b)
6 bulan :
85/65 mmHg
c)
1 tahun :
95/65 mmHg
d) 6
tahun : 105/65 mmHg
e)
10 – 13 tahun :
110/65 mmHg
f)
14 – 17 tahun :
120/75 mmHg
g)
Dewasa :
120/80 mmHg
h)
Lansia :
140/90 mmHg
3)
Denyut Nadi
Denyut merupakan pemeriksaan pada pembuluh nadi atau arteri. Ukuran
kecepatannya diukur pada beberapa titik denyut misalnya denyut arteri radialis
pada pergelangan tangan, arteri brachialis pada lengan atas, arteri karotis
pada leher, arteri poplitea pada belakang lutut, arteri dorsalis pedis atau
arteri tibialis posterior pada kaki. Pemeriksaan denyut dapat dilakukan dengan
bantuan stetoskop. Denyut sangat bervariasi tergantung jenis kelamin, jenis
pekerjaan dan usia. Bayi yang baru dilahirkan (neonatus) dapat memiliki denture
13-150 denyut per menit. Orang dewasa memiliki denyut sekitar 50-80 per menit.
Frekuensi jantung (denyut
nadi/menit) :
a)
Bayi :
120 – 160 x/mnt
b)
Todler (2 thn) :
90 – 140 x/mnt
c)
Prasekolah : 80 – 110 x/mnt
d) Usia
sekolah : 75 – 100 x/mnt
e)
Remaja : 60 - 90 x/mnt
f)
Dewasa : 60 – 100 x/mnt
4)
Pernapasan
Beraneka ragam tergantung usia. Batas normalnya sekitar 12-16 kali
penarikan napas per menit. Observasi frekuensi pernapasan selama satu menit
penuh. Observasi adanya gerakan abdomen pada bayi, dan observasi adanya gerakan
thoraks pada anak yang lebih besar.
Frekuensi Pernapasan Normal:
a.
Bayi : 30 – 60 x/menit
b.
Anak :
20 – 30 x/menit
c.
Remaja : 15
– 24 x/menit
d.
Dewasa : 16
– 20 x/menit
d.
Tindakan dalam Pemeriksaan Fisik
1)
Kepala dan wajah
Inspeksi : Lihat keistimewaan wajah jika, maka
ka.ki berbeda atau misal lebih condong ke kanan atau ke kiri itu menunjukkan
ada parese/kelumpuhan.
Palpasi
: Cari adanya luka, tonjolan
patologik, dan respon nyeri dengan menekan kepala sesuai kebutuhan.
2)
Mata
Inspeksi : Kelompok mata ada radang atau tidak,
simetris ka.ki atau tidak, reflek kedip baik/tidak, konjungtiva dan sclera:
merah/konjungtivis, ikterik/indikasi hiperbilirubin/gangguan pada hepar, pupil:
isokor ka.ki (normal), miosis/mengecil, pin point/sangat kecil (suspek SOL),
medriasis/melebar/dilatasi (pada pasien sudah meninggal).
3)
Hidung
Inspeksi : apakah hidung simetris, apakah ada
inflamasi, apakah ada secret
Palpasi : apakah ada nyeri tekan, massa
4)
Telinga
a)
Telinga luar
Inspeksi : daun telinga simetris atau tidak,
warna, ukuran, bentuk, kebersihan, adanya lesy.
Palpasi : tekan daun telinga apakah ada respon
nyeri, rasakan kelenturan kartilago
b)
Telinga dalam
Dewasa : daun telinga ditarik ke atas
agar mudah di lihat
Anak : daun telinga di tarik ke bawah
Inspeksi : telinga dalam menggunakan otoskop perhatian
membran timpani (warna, bentuk) adanya serumen, peradangan dan benda asing, dan
darah.
5)
Mulut dan faring
Inspeksi
: amati bibir apa ada kelainan
kogenital (bibir sumbing), warna, kesimetrisan, kelembabam, pembengkakakkan,
lesi. Amati jumlah dan bentuk gigi, gigi berlubang, warna, plak, dan kebersihan
gigi
Inspeksi mulut dalam dan faring :
a) Menyuruh
pasien membuka mulut amati mucosa : tekstur, warna, kelembabab, dan adanya lesi
b) Amati
lidah tekstur, warna, kelembaban, lesi
c) Untuk
mrlihat ffaring gunakan tongspatel yang sudah dibungkus kassa steril, kemudian
minta klien menjulurkan lidah dan berkata “AH” amati ovula/epiglottisnsimetris
tidak terhadap faring, amati tonsil meradang atau tidak (tonsillitis/amandel)
Palpasi : pegang dan
tekan daerah pipi kemudian rasakan apa ada massa/tumor, pembengkakan dan nyeri.
Lakukan palpasi
dasar mulut dengan menggunakan jari telunjuk dengan memakai handscond, kemudian
suruh pasien mengatakan ‘EL’ sambil menjulurkan lidahm pegang ujung lidah
dengan kasa dan tekan lidah dengan jari telunjuk, posisi ibu jari menahan dagu,
cacat apakah ada respon nyeri pada tindakan tersebut.
6)
Leher
Inspeksi :
a) Amati
mengenai bentuk, warna kulit, jaringan parut
b) Amati
adanya pembengkakan kelenjar tirod/gondokdan adanya massa
c) Amati
kesemetrisan leher dari depan, belakang dan samping kaki
d) Mintalah
pasien untuk menggerakkan leher (fleksi-ekstensi kaki), dan merotasi, amati
apakah bisa dengan mudah dan apa ada respon nyeri
Palpasi :
a)
Letakkan kedua telapak tangan pada leher klien, suruh
pasien menelan dan rasakan adanya kelenjar tiroid (kaji ukuran, bentuk,
permukaannya)
b)
Palpasi trachea apakah kedudukkan trachea simetris atau
tidak.
7)
Kulit :
Inspeksi
: lihat ada/tidak adanya lesi,
hiperpigmentasi (warna kehitaman/kecoklatan) edema dan distribusi rambut kulit.
Palpasi : di raba dan tentukan turgor kulit
elastic atau tidak, tekstur: kasar/ halus, suhu: akral dingin atau hangat
8)
Dada/ Thorax
Inspeksi : Amati kesimetrisan dada kanan dan kiri, amati adanya
retraksi interkosta, amati gerakan paru. Amati klavikula dan scapula simetris
atau tidak
Palpasi : berdiri di depan klien dan taruh kedua telapak tangan
pemeriksaan di dada dibawah papila, anjurkan pasien menarik nafas dalam,
rasakkan apakah sama paru kiri dan kanan. Berdiri dibelakang pasien, taruh
telapak
9)
Abdomen
Inspeksi : Amati bentuk perut secara umum, warna kulit, adanya
retraksi, penonjolan, adanya ketidaksimetrisan, adanya asites.
Palpasi :
Palpasi ringan : untuk mengetahui
adanya massa dan respon nyeri tekan letakkan telapak tangan pada abdomen secara
berhimpitan dan tekan secara merata sesuai kuadran
Palpasi dalam : untuk mengetahui
posisi organ dalam seperi hepar, ginjal,
limpa dengan metode bimanual 2 tangan
10) Genetalia
a) Genetalia
laki-laki
Inspeksi : Amati penis mengenai kulit, ukuran kelainan
lain. Pada penis yang tidak di sirkumsisi buka prepusium dan amati kepada penis
adanya lesi. Amati skrotum apakan ada hernia inguinal, amati bentuk dan ukuran
Palpasi : tekan
dengan lembut batang penis untuk mengetahui kadanya nyeri. Tekan saluran sperma
dengan jari dan ibu jari
b) Genitalia
wanita
Inspeksi : inspeksi
kuantitas dan penyebaran pubis merata atau tidak. Amati adanya lesi, eritema, keputihan/
candidiasis
Palpasi : tarik
lembut labia mayora dengan jari-jari oleh satu tangan untuk mengetahui keadaan
clitoris, selaput dara, orifisium dan perineum.
e.
Data laboratorium
Diisi sesuai dengan hasil pemeriksaan laboratorium yang
ada pada rekam medis klien
f.
Data Penunjang
Diisi tentang pariksaan penunjang yang dilakukan pada
klien seperti CT Scan, USG, cek
laboratorium, rontgen dan
lain-lain.
g.
Terapi pasien
B. Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah suati
pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau resiko
perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara akontabilitas
dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga
status kesehatan menutunkan, membatasi, mencegah dan merubah (Markum, 2000)
Menurut NANDA, rumusan diagnosa
keperawatan mengandung tiga komponen utama, yaitu:
1.
Problem (P/Masalah)
Problem merupakan keadaan klien
dimana tindakan keperawatan dapat diberikan. Masalah adalah kesenjangan atau
penyimpangan dari keadaan normal yang seharusnya tidak terjadi.
2.
Etiolgi (E/Penyebab)
Etiologi adalah suatu keadaan yang
menunjukan masalah kesehatan yang memberikan arah terhadap terapi keperawatan.
Penyebabnya meliputi : perilaku, lingkungan, interaksi antara perilaku dan
lingkungan.
3.
Sign dan symptom (S/Tanda dan gejala)
Sign and symptom adalah ciri,tanda
dan gejala yang merupakan informasi yang diperlukan untuk merumuskan diagnosa
kebidanan.
C. Rencana Kebidanan
Rencana keperawatan merupakan pedoman
tetulis untuk perawatan klien, rencana keperawatan terorganisasi sehingga
setiap perawat dapat dengan cepat mengidentifikasi tindakan keperawatan yang
diberikan. Rencana asuhan keperawatan yang dirumuskan dengan tepat
memfasilitasi konyinuitas asuhan perawatan dari satu perawat ke perawat
lainnya.
Tahap perencanaan dapat disebut
sebagai inti atau pokok dari proses keperawatan sebab perencanaan merupakan
keputusan awal yang memberi arah bagi tujuan yang ingin tercapai, hal yang akan
dilakukan, termasuk bagaimana, kapan, dan siapa yang akan melakukan tindakan
keperawatan. Karenaanya, dalam menyusun rencana tindakan keperawatan untuk
klien, keluarga, dan orang terdekat perlu dilibatkan secara maksimal.
Unsur terpenting pada tahap
perencanaan ini adalah membuat prioritas urutan diagnsa keperawatan, merumuskan
tujuan, merumuskan kriteria evaluasi, dan merumuskan intervensi keperawatan
1.
Membuat Prioritas Urutan Diagnosa Keperawatan
Untuk memudahkan penentuan prioritas, kita membuat
skala prioritas tertinggi sampai prioritas terendah. Ini dilakukan dengan
mengurutkan diagnosa keperawatan yang paling dianggap mengancam kehidupan (misalnya, gangguan kebersihan jalan napas)
sampai diagnosa yang tidak terlalu mengancam kehidupan.
2.
Merumuskan Tujuan
Setelah menyusun diagnosa keperawatan berdasarkan
prioritas, perawat perlu merumuskan tujuan masing-masing diagnosa. Tujuan
ditetapkan dalam bentuk tujuan jangka panjang dimaksudkan untuk mangatasi
etiologi guna mencapai tujuan jangka panjang.
Rumusan tujuan keperwatan ini harus SMART, yaitu specific (rumusan tujuan harus jelas), measurable (dapat diukur), achevable (dapat dicapai ditetapkan bersama klien), realistic (dapat tercapai dan nyata),
dan timing (harus ada target waktu).
3.
Merumuskan Kriteria Evaluasi
Setelah meruuskan tujuan langkah selanjutnya adalah
merumuskan kriteria hasil/evaluasi. Dalam penyusunan kriteria hasil/evaluasi
ada beberap[a hal yang perlu diperhatikan. Diantaranya, kriteria hasil/evaluasi
terkait tujuan bersifat khusus dan konkret. Selain itu hasilnya harus dapat
dilihat didengar dan diukur oleh orang lain.
4.
Merumuskan Intervensi Kebidanan
Dalam merencanakan intervensi kebidanan bidan harus
memperhatikan beberapa kriteria yang terkait dengan rumusan intervansi
keperawatan. Kriteria trsebut antara lain:
a.
Memakai kata kerja yang tepat
b.
Bersifat spesifik (apa yang akan dilakukan siapa yang
melakukan?dimana hal tersebut dilakukan? bagaimana cara melakukannya? Dan
seberapa hal tersebut dilakukan?)
c.
Dapat dimodifikasi
d.
Intervensi keperawatan terdiri atas intervensi
keperawatan yang independen dan intervensi keperawatan yang kolaboratif.
Intervensi keperawatan independen adalah intervensi keperawatan yang dilakukan
oleh perawat terhadap klien dalam bentuk kerja sama dengan tenaga kesehatan
lain.
D. Perumusan Masalah
Tahap kedua
setelah melakukan pengumpulan data melalui pengkajian maka dapat dirumuskan
diagnosa atau masalah keperawatan. Dalam merumuskan diagnosa atau masalah
keperawatan mendasarkan pada data-data yang telah diperoleh pada saat dilakukan
pengkajian. Rumusan masalah yang ada harus benar-benar sesuai dengan keadaan
dan kebutuhan klien pada saat itu. Rumusan masalah dapat lebih dari satu buah
untuk setiap pengkajian yang telah dilakukan selama terdapat data yang
mendukungnya (Institute Of Health Science NWU, 2001).
E. Alternatif Pemecahan Masalah
Langkah selanjutnya setelah dilakukan proses
pengkajian dan perumusan diagnosa atau masalah keperawatan pada klien, maka
dapat ditetapkan alternatif pemecahan masalah. Langkah ini memberikan gambaran
alternatif-alternatif yang dapat ditawarkan berkaitan dengan masalah yang
muncul pada klien. Penetapan alternatif pemecahan masalah juga harus
berdasarkan pada data-data yang diperoleh pada saat pengkajian terhadap klien (Institute Of Health Science NWU,
2001).
F. Respon Klien yang Membutuhkan Tindakan
Segera
Menurut Perry (2005), ada respon klien yang
membutukan tindakan segera, yaitu :
Respons
|
Tindakan
|
Klien memberitahu perawat tentang adanya alergi
Klien menolak untuk memberikan informasi
|
a.
Beri
tahu semua staf adanya substansi yang dapat menimbulkan alergi pada klien
b.
Tandai
klien dengan pita alergi
c.
Buat
catatan alergi pada catatan klien
d.
Beri
tahu bagian gizi jika terdapat makanan yang dapat menimbulkan alergi.
a. Beri tahu perawat pimpinan bahwa ada
informasi yang belum didapatkan dari klien
b. Jika memungkinkan, coba untuk
mendapatkan data pengkajian dari keluarga atau pemberi perawatan lainnya.
c. Tulis dalam laporan pertimbangan yang
didiskusikan selanjutnya jika klien menolak memberikan informasi yang
diperlukan.
d.
|
Komentar
Posting Komentar